I Have many problems in my life. But my lips dont know that. They always smile. Chaplin
RSS

Sabtu, 19 Juni 2010



SAKURA KINOMOTO! Im' a Dreamer. Keren banget, deh, dengerin lagunya jadi terhanyut gitu! udah hafaalll loh!

Kamis, 10 Juni 2010

Caldera Adventure


Baru pulang dari Caldera, seru deh. Tapi aku nggak begitu bisa berbaur. nggak pape deh, daripada kagak bergaul dikit, yang penting udah pernah kerjasama sama temen yang kurang akrab.

Selasa, 08 Juni 2010

BERSYUKUR UNTUK CINTA

“Mereka tetap tidak mau makan” desah ku. Aku menghampiri mereka lagi, sambil membujuk. Tapi, sia-sia, mereka melempar sendok dan piring yang kosodorkan hingga pecah. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku sambil mendesah panjang. Lagi.
Bu Ratna hanya menepuk bahuku lembut, sambil tersenyum. Bu Ratna sadar, anak-anak panti ini masih berduka, setelah kehilangan salah satu penghuni panti. Bik Najjah, yang meninggal 2 hari yang lalu. Bik Na, panggilannya, menurut anak panti, makanannya terkenal sangat enak. Orangnya sangat baik, dan polos. Sering kali membuat tawa anak-anak menggelegar. Mereka jadi sangat baik, dan disiplin sekali. Tadinya, anak-anak jalanan itu sungguh nakal, dan pandai bermain lidah. Mereka berucap hal yang kotor, dan tidak suka meminta maaf. 6 tahun yang lalu, Bik Na, kesini lagi setelah pulang kampung, cukup lama. Anak-anak sekarang jadi sangat baik, dan menjadi anak manis. Kemudian, 2 bulan yang lalu, Bik Na mengalami TBC dan stroke. Awalnya Aku dan Bu Ratna menyarankannya ke Dokter, di Klinik. Bik Na hanya menggeleng dan merasa hanya membuat repot. Penyakit nya semakin parah, sehingga anak-anak mulai kasihan. Setiap hari, mereka bergantian menyuapi makanan, menidurkan Bik Na, sampai menceritakan cerita jenaka khas anak-anak. Beberapa minggu kemudian, Bik Na meninggal dunia, pukul 9 pagi di panti, setelah muntahber. Anak-anak meraung-raung tak ikhlas. Mereka diselimuti duka yang mendalam. Itu sebabnya, apapun yang aku sodorkan, entah jus buah, es krim, makanan, atau camilan, mereka selalu melempar, bahkan menginjaknya.
**
“Shania, Abella, Ani! Mandi..mandi” Aku memanggil mereka yang berada di dalam kamar. Tapi, walau sudah kuketok, mereka tidak membuka pintu. Kucoba membuka pintu, tapi dikunci. Ah, aku jadi kepikirian yang tidak-tidak. Akhirnya, kupanggil Bu Ratna yang tengah menyapu halaman. Bersama aku, mengetuk pintu selama20 menit. Akhirnya mereka keluar, dengan wajah sembab, dan muka memerah.
“Hayo..mandi, ya?” Aku memasang senyum tipis sambil memasuki kamar mereka. Mereka hanya menggeleng lemah. Aku jadi penasaran, mengapa duka masih menyelimuti selama 4 hari ini? Lalu, mereka selalu menangis dikamar? Begitukah?
“He..mandi, ya nduk? Udah jam 9, nak. Kalian bertiga, mau makan dulu ya? Laper?” Bu Ratna mengelus kepala mereka bertiga. Tapi mereka malah mendorong ku keluar. Ku tahan mereka sambil berkacak pinggang.
“He….disuruh mandi ndak mau tho? Air nya anget, loh..”aku membujuk mereka.
Mereka malah sesenggukan sambil menangis pilu.
“Mau ketemu Bik Na!!..huwaaa” tangis Ani, pecah.
“Iya! Kak Dela, aku juga mau ketemu…hiks…hiks” Shania jatuh terduduk dengan rambut tergerai acak-acakan.
“Bella juga!” Abella, alias Bella mengancam sambil menenangkan kedua temannya.
Mereka mendorongku lagi, sambil memasang wajah sinis. Mereka langsung menutup pintu, dan menguncinya.

**

“Bu Ratna. Bagaimana ini? Anak-anak jadi tidak sopan dan mulai merasa kehilangan yang mendalam. Ini bisa berpengaruh untuk masalah psikologi mereka. Sungguh berbahaya, Bu”
“Coba, kau tanyakan saja, La. Pengalaman membuang-buang makananmu. Sampai pengemis yang menghampiri mu itu” Saran Bu Ratna.
“Ndak tahu, Bu. Nanti, saya bujuk makan lagi. Mereka Cuma makan sekali kemarin” laporku.

**

“Makaaaan! Makaaan!” aku memanggil ke 18 anak panti. Mereka keluar dengan wajah polos. Ah, sepertinya mereka sudah melupakannya. Aku memeluk mereka. Anak-anak ini..sungguh mengggemaskan. Kemudian, salah satu dari mereka bertanya.
“Nah..nah. Kau harus menceritakan pengalaman mu. Aku tahu dari Bunda Ratna..”
Aku tersenyum. Dan dengan cepat kusiapkan karpet ungu muda di ruangan pendaftaran anak baru. Kemudian, memulai…

**

Setiap kali dibujuk ibu, aku tetap tidak mau makan. Aku mau dibelikan nasi goreng Hotel bintang 5. Aku hanya merengek seperti bayi. Padahal, usiaku sudah 11 tahun waktu itu. Ibu bilang, aku seharusnya bersyukur, bisa tinggal dirumah yang nyaman, bisa makan, bisa membeli baju dengan uang. Bahkan, bisa beli sepeda. Sedangkan orang miskin, mereka selalu mengenakan pakaian yang sama tiap hari, tidak makan hingga 2 hari, tidak punya rumah untuk berteduh, tidak bisa merasakan cinta. Mereka hanya menangis pilu, karena lapar. Jikalau mereka kedinginan, mereka tidak bisa membeli jaket. Yang mereka lakukan adalah beteduh dikolong jembatan, sambil memeluk satu sama lain. Tapi, aku tidak mengindahkan penuturan dan nasehat Ibu waktu itu. Aku suka membuang-buang makanan, dan menuntut hanya mau makan dengan lahap jika dibelikan Nasi Goreng Hotel bintang 5. Suatu Hari, entah untuk yang kesekian kalinya, Ibu membujukku makan Nasi dengan bayam, rebung, dan tempe.
“Makan dulu, Dela. Kamu Cuma makan 2 kali sehari, selama 3 hari ini..” Ibu menatapku sambil memegang garpu, menyodorkannya ke mulutku.
“Nggaaaakk! Maunya Nasi Goreng Hotel! Aku udah bilang, nggak mau lahap kalau nggak makan itu..!” ancamku. Ibu tetap tabah, sambil berusaha mengingatkanku lagi. Kemudian, dengan amarah dan hati yang panas, karena diceramahi terus-terusan. Aku melempar sendok yang dipegang Ibu, dan aku merebut piring berisi sayur dan tempe itu. Aku keluar dan menjatuhkannya didepan gerbang.
Tiba-tiba, seorang Kakek yang renta dengan topi yang kusam berlari tertatih-tatih menghampiri piring yang sudah pecah itu. Di makannya sayur plus tempe itu sambil berucap syukur. Kakek miskin itu mengucap sykur berkali-kali sambil sujud. Aku terpana selama 8 menit. Menyaksikan Kakek itu memakan dengan lahap tanpa berkata-kata. Ia menatapku sambil tersenyum.
“Anak kecil, bersyukurlah kamu, diberi tempat berteduh senyaman ini. Kau harus minta maaf pada ibumu dan bilang kau menyesal. Kau habisi makanan yang disodorkan Ibumu. Maka, cinta akan tumbuh dan bersemi setiap hari. Ingatlah pesan Kakek, Bersyukurlah jika kamu akan mencintai yang tidak memiliki. Dan kau akan dipenuhi rasa syukur tiap harinya” Kakek itu pamit. Sementara aku bengong mendengarnya. Ketika aku tersadar, aku tidak melihat Kakek itu lagi. Sejak itulah, aku sedih sekali. Menyesal setiap harinya, aku jadi tidak bisa makan. Aku malah melupakan nasihat Kakek itu, untuk selalu bersyukur demi Cinta. Sampai akhirnya, Ayah dan Ibu meninggal. Aku terpukul karena itu, tapi bukan berarti aku mengingkari janji untuk yang kedua kalinya. Aku bangun, dan selalu bersyukur. Aku makan setiap hari, dan melakukan segala kegiatan yang berhubungan dengan pengumpulan dana yatim-piatu. Aku tinggal di Masjid, dan bekerja dipasar. Hingga akhirnya, aku ditawari bergabung di Panti ini, oleh Bu Ratna. Pertemuan yang sungguh, aku sangat bersyukur. Maka, mulai saat itu, aku selalu mencintai siapapun, yang tidak pernah memiliki. Seperti kalian..

**

Anak-anak itu bengong. Aku hanya tertawa kecil. Kemudian, menyadarkan mereka satu persatu.
“Lalu, bagaimana tentang Hotel bintang 5 itu? Nasi Goleng nya..” Akbar, yang berusia 6 tahun, mengajukan pertanyaan. Akbar masih cadel, tapi, dia pintar sekali.
“Kakak melupakannya” aku berdiri. Lalu, mengajak mereka mandi dan makan. Aku senang sekali, mereka makan dengan lahap. Sesudah itu, mereka bermain. Kuhampiri Bu Ratna, yang sedang melipat mukena.
Aku tersenyum, lantas menghambur kepelukannya. Sambil menangis tersedu-sedu.
“Aku akan selalu bersyukur. Untuk mencintai yang tidak memiliki. Aku bersyukur untuk Cinta”


SELESAI

Senin, 07 Juni 2010

Blog baru

wah, blog baru nih. Blog baru, semangat baru, yipiiiii!
Semoga blog ini selalu update dan yang baca nggak bosen ya hehe ;p